1. Pengertian
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan
percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber
dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi
alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/
kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.
2. Jurnalistik
Dalam bidang jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang wartawan
dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita.
Lazimnya dilakukan atas permintaan atau keinginan wartawan yang
bersangkutan. Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.
3. Jenis-jenis Wawancara
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
a. Wawancara Bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada
responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan
dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang
arah pertanyaan tidak terkendali.
b. Wawancara Terpimpin
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.
c. Wawancara Bebas Terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan
wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya
pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara
garis besar.
4. Sikap Yang Harus Dimiliki Pewawancara
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana
agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang
pewawancara adalah sebagai berikut:
a. Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak
setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya
adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang
menyenangkan atau tidak.
b. Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
c. Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua
responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada
semua responden bagaimanapun keberadaannya.
d. Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat
menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau
diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan
tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya.
Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar
terarah.
Untuk menggali informasi tertentu
dari narasumber. Agar tujuan itu tercapai, kegiatan wawancara harus dilakukan
berdasarkan tahap-tahap wawancara.
6. Tahap Persiapan
Pelaksanaan wawancara harus diawali dengan
perisapan-persiapan di bawah ini:
a.
Tentukan
tujuan wawancara yang akan dilaksanakan,
b.
Tentukan
informasi, keterangan, dan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan wawancara,
c.
Pilihlah
instansi atau orang-orang yang akan dijadikan sebagai narasumber yang dapat
memberikan informasi, keterangan, atau data yang diperlukan,
d.
Hubungilah
narasumber sebelum wawancara dilaksanakan. Rundingkanlah dengan mereka hal-hal
yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan wawancara misalnya mengenai waktu,
tempat, dan sebagainya,
e. Susunlah pokok-pokok pertanyaan yang
akan digunakan dalam pelaksanaan wawancara.
7. Tahap Pelaksanaan
a. Tahap Pembkaan
Dalam tahap ini, pewawancara memperkenalkan diri sekaligus
mengemukakan maksud dan tujuan wawancara. Pewawancara hendaknya mengikuti tata
aturandan kesopanan, baik dalam penampilan maupun penggunaan bahasa. Penampilan
hendaknya rapi, bersih, dan enak dipandang. Adapun dalam penggunaan bahasa,
hendaklah ia menggunakan tutur kata yang sopan dan tidak menyinggung perasaan
orang yang diwawancarai.
Supaya proses tanya jawab berlangsung dengan baik, akan lebih
baikapabila pewawancara mengenal lebih jauh mengenai identitas atau
keterangan-keterangan yang berkenaan dengan pribadi narasumber. Penanya harus
mengenal pribadi yang ditanya secara tepat, mulai dari nama, keahlian, sampai
pada pekerjaan atau jabatannya.
b. Tahap Inti
Ajukanlah pertanyaan secara sistematis. Kemudkakan pertanyaan
itu secara jelas dan singkat. Jumlah pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan
situasi dan waktu. Pertanyaan-pertanyaan disampaikan dengan ramah sehingga
dapat menciptakan suasana akrab dengan orang yang diwawancarai.
Selama proses wawancara berlangsung, pewawancara hendaknya
bersikap sebagai pihak yang netral. Artinya, ia tidak memihak pada suatu
konflik pendapat, peristiwa, ataupun konflik-konflik lainnya yang mungkin
dikemukakan narasumber. Pewawancara hendaknya tidak pula mempengaruhi sikap,
pendirian, ataupun emosi-emosi narasumber. Selain itu, pewawancara harus pula
mempunyai kesiapan dan tektik-teknik khusus dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
yang mungkin terjadi. Misalnya, jawaban yang dikemukakan narasumber, dan
sebagainya.
Pewawancara hendaknya memiliki kemampuan mendengar yang
akurat. Catatlah data penting yang dikemukakan oleh orang yang diwawancarai.
Apabila perekaman data menggunakan tape recorder hendaknya berdasarkan
persetujuan narasumber terlebih dahulu. Namun demikian, walaupun sudah
menggunakan tape recorder, sebaiknya pewawancara tetap melakukan pencatatan,
yang cukup berupa kata-kata kunci dari pendapat yang dikemukakan narasumber.
Catatan atau kata-kata kunci itu gunanya untuk membantu pewawancara agar (1)
dapat merencanakan pertanyaan baru berikutnya, (2) membantu pewawancara untuk
mencari pokok-pokok penting dalam pita kaset sehingga mempermudah proses
penganalisisannya.
c. Tahap Penutup
Akhiri kegiatan wawancara dengan kesan yang baik dan
menyenangkan. Pewawancara hendaknya menyatakan ucapan terima kasih. Tambahkan
pula pengharapannya agar kedua pihak dapat bertemu lagi pada kesempatan lain.
Tetaplah pelihara hubungan baik dengannya.
Sebelum hasil wawancara itu diolah atau dipublikasikan,
sebaiknya narasumber mengetahui rekaman atau catatan dari pendapat-pendapat
yang telah dikemukakannya itu. Cara ini dapat menghindari kesalahpahaman di
samping memberikan kesempatan kepada narasumber untuk mengoreksi kekeliruan
yang mungkin terjadi dari yang telah dikatakannya.
8. Menulis Laporan Wawancara
Wawancara merupakan salah satu tekni pengumpulan informasi. Karena
itu, setelah proses wawancara berlangsung, pewawancara harus menuangkan
hasilnya ke dalam sebuah laporan. Penuangan hasilnya itu perlu dilakukan dengan
segera karena pikiran masih segar dalam mengingat jalannya wawancara.
Menulis laporan merupakan kegiatan terakhir dari proses
wawancara. Laporan wawancara dapat disusun dalam bentuk artikel jurnalistik
seperti yang kita lihat di koran-koran; dapat pula disusun dalam bentuk formal,
yang meliputi tiga bagian-bagian berikut;
1.
Pendahuluan, yang meliputi:
a. Latar belakang pelaksanaan wawancara
b. Tujuan wawancara
c. Nama instansi atau narasumber yang
diwawancarai,
d.
Waktu
dan tempat dilaksanakan wawancara.
2. Isi, yang
meliputi:
a. Informasi tentang berbagai hal sesuai
dengan pokok-pokok masalah yang telah direncanakan,
b.
Uraian
tentang analisis atau hasil wawancara.
3. Penutup; yang
meliputi;
a. Kesimpulan
b.
Saran-saran
9. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penulisan laporan hasil wawancara:
1. Penulisan hendaknya memperhatikan
ejaan dan tata bahasa baku,
2. Penulisan hendaknya timelakukan
penafsiran yang terlalu jauh (berlebihan) batas hasil wawancara,
3. Pilihlah informasi yang penting dan
relevan dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan,
4.
Penulis
hendaknya memelihara kerahasiaan dan menjaga nama baik narasumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar