Rabu, 06 November 2013

BAHASA INDONESIA - Wawancara




1. Pengertian
         Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

2. Jurnalistik
          Dalam bidang jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya dilakukan atas permintaan atau keinginan wartawan yang bersangkutan. Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

3. Jenis-jenis Wawancara
    Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
    a. Wawancara Bebas
         Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

    b. Wawancara Terpimpin
         Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.

    c. Wawancara Bebas Terpimpin
         Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

 4. Sikap Yang Harus Dimiliki Pewawancara
      Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
      a. Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak. 

      b. Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.

      c. Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya.

      d. Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.

5. Tujuan Wawancara
      Untuk menggali informasi tertentu dari narasumber. Agar tujuan itu tercapai, kegiatan wawancara harus dilakukan berdasarkan tahap-tahap wawancara.
6. Tahap Persiapan
       Pelaksanaan wawancara harus diawali dengan perisapan-persiapan di bawah ini: 
       a.    Tentukan tujuan wawancara yang akan dilaksanakan, 
     b.    Tentukan informasi, keterangan, dan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan wawancara, 
    c.    Pilihlah instansi atau orang-orang yang akan dijadikan sebagai narasumber yang dapat memberikan informasi, keterangan, atau data yang diperlukan, 
   d.    Hubungilah narasumber sebelum wawancara dilaksanakan. Rundingkanlah dengan mereka hal-hal yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan wawancara misalnya mengenai waktu, tempat, dan sebagainya, 
      e.    Susunlah pokok-pokok pertanyaan yang akan digunakan dalam pelaksanaan wawancara.

 7. Tahap Pelaksanaan
        a.    Tahap Pembkaan
                        Dalam tahap ini, pewawancara memperkenalkan diri sekaligus mengemukakan maksud dan tujuan wawancara. Pewawancara hendaknya mengikuti tata aturandan kesopanan, baik dalam penampilan maupun penggunaan bahasa. Penampilan hendaknya rapi, bersih, dan enak dipandang. Adapun dalam penggunaan bahasa, hendaklah ia menggunakan tutur kata yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang yang diwawancarai.
                       Supaya proses tanya jawab berlangsung dengan baik, akan lebih baikapabila pewawancara mengenal lebih jauh mengenai identitas atau keterangan-keterangan yang berkenaan dengan pribadi narasumber. Penanya harus mengenal pribadi yang ditanya secara tepat, mulai dari nama, keahlian, sampai pada pekerjaan atau jabatannya.
        b.   Tahap Inti
                      Ajukanlah pertanyaan secara sistematis. Kemudkakan pertanyaan itu secara jelas dan singkat. Jumlah pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan situasi dan waktu. Pertanyaan-pertanyaan disampaikan dengan ramah sehingga dapat menciptakan suasana akrab dengan orang yang diwawancarai.
                     Selama proses wawancara berlangsung, pewawancara hendaknya bersikap sebagai pihak yang netral. Artinya, ia tidak memihak pada suatu konflik pendapat, peristiwa, ataupun konflik-konflik lainnya yang mungkin dikemukakan narasumber. Pewawancara hendaknya tidak pula mempengaruhi sikap, pendirian, ataupun emosi-emosi narasumber. Selain itu, pewawancara harus pula mempunyai kesiapan dan tektik-teknik khusus dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi. Misalnya, jawaban yang dikemukakan narasumber, dan sebagainya.
                      Pewawancara hendaknya memiliki kemampuan mendengar yang akurat. Catatlah data penting yang dikemukakan oleh orang yang diwawancarai. Apabila perekaman data menggunakan tape recorder hendaknya berdasarkan persetujuan narasumber terlebih dahulu. Namun demikian, walaupun sudah menggunakan tape recorder, sebaiknya pewawancara tetap melakukan pencatatan, yang cukup berupa kata-kata kunci dari pendapat yang dikemukakan narasumber. Catatan atau kata-kata kunci itu gunanya untuk membantu pewawancara agar (1) dapat merencanakan pertanyaan baru berikutnya, (2) membantu pewawancara untuk mencari pokok-pokok penting dalam pita kaset sehingga mempermudah proses penganalisisannya.
         c.    Tahap Penutup
                Akhiri kegiatan wawancara dengan kesan yang baik dan menyenangkan. Pewawancara hendaknya menyatakan ucapan terima kasih. Tambahkan pula pengharapannya agar kedua pihak dapat bertemu lagi pada kesempatan lain. Tetaplah pelihara hubungan baik dengannya.
                      Sebelum hasil wawancara itu diolah atau dipublikasikan, sebaiknya narasumber mengetahui rekaman atau catatan dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakannya itu. Cara ini dapat menghindari kesalahpahaman di samping memberikan kesempatan kepada narasumber untuk mengoreksi kekeliruan yang mungkin terjadi dari yang telah dikatakannya.
 8. Menulis Laporan Wawancara
                   Wawancara merupakan salah satu tekni pengumpulan informasi. Karena itu, setelah proses wawancara berlangsung, pewawancara harus menuangkan hasilnya ke dalam sebuah laporan. Penuangan hasilnya itu perlu dilakukan dengan segera karena pikiran masih segar dalam mengingat jalannya wawancara.
                        Menulis laporan merupakan kegiatan terakhir dari proses wawancara. Laporan wawancara dapat disusun dalam bentuk artikel jurnalistik seperti yang kita lihat di koran-koran; dapat pula disusun dalam bentuk formal, yang meliputi tiga bagian-bagian berikut;
       1.    Pendahuluan, yang meliputi:
         a.    Latar belakang pelaksanaan wawancara
         b.    Tujuan wawancara
         c.    Nama instansi atau narasumber yang diwawancarai,
            d.    Waktu dan tempat dilaksanakan wawancara.
     2.    Isi, yang meliputi:
        a.    Informasi tentang berbagai hal sesuai dengan pokok-pokok masalah yang telah direncanakan,
                 b.    Uraian tentang analisis atau hasil wawancara.
          3.    Penutup; yang meliputi;
              a.    Kesimpulan
              b.    Saran-saran

9. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan  hasil wawancara:
        1.    Penulisan hendaknya memperhatikan ejaan dan tata bahasa baku,
    2.    Penulisan hendaknya timelakukan penafsiran yang terlalu jauh (berlebihan) batas hasil wawancara,
       3.    Pilihlah informasi yang penting dan relevan dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan,
       4.    Penulis hendaknya memelihara kerahasiaan dan menjaga nama baik narasumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar